-->

Klasifikasi Dan Morfologi Ikan Wader Pari

Ikan Wader Pari, yang juga dikenal sebagai ikan Rasbora argyrothaenia, adalah spesies ikan berukuran kecil. Ikan ini umumnya dipelihara dalam akuarium, dan saat ini, budidaya ikan Wader Pari semakin populer di kalangan para pembudidaya ikan.

Ikan Wader Pari juga dikenal dengan berbagai nama lain, seperti ikan Lunjar Pari, Lunjar Andong, Paray, Cecereh, Ikan Cere, Pantau, Seluang, dan Ikan Bada.

Ikan Wader Pari termasuk dalam famili Cyprinidae dan memiliki ukuran yang kecil. Di Danau Maninjau, ikan jantan dapat mencapai panjang maksimum sekitar 103-108 mm, sedangkan ikan betina dapat mencapai panjang maksimum 127-132 mm (Dina, 2008).

Gambar Ikan Wader Pari
Gambar Ikan Wader Pari

Ikan lunjar padi dapat mencapai panjang maksimum 17 cm. Bagian atas tubuhnya berwarna kuning keemasan, sedangkan bagian bawahnya berwarna putih keperakan. Di sisi lain, wader bintik dua (Puntius binotatus) adalah salah satu spesies wader yang di beberapa daerah di Indonesia dikenal dengan sebutan beunteur (Sunda), wader cakul atau wader (Jawa), puyan (Banjar), serta tanah atau sepadak (Bengkulu).

Dalam bahasa Inggris, ikan ini dikenal sebagai spotted barb atau common barb, sementara dalam bahasa Malaysia disebut Bunter, Putih, dan Tebal Sisek. Nama ilmiah ikan ini adalah Puntius binotatus.

Klasifikasi Ikan Wader Pari

Wader Pari (Jawa), yang juga dikenal sebagai Lunjar Padi (Rasbora argyrotaenia), pertama kali dinamai Leuciscus argyrotaenia oleh P. Bleeker pada tahun 1850. Delapan tahun kemudian, Bleeker memindahkan spesies ini ke dalam marga yang berbeda, yaitu Opsarius. 

Akhirnya, pada tahun 1860, Bleeker kembali memindahkan ikan ini ke dalam marga baru, Rasbora. Ikan ini dapat ditemukan di pulau-pulau Sunda Besar, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Filipina.

Berdasarkan penelitian Anthony dan Maurice (1993), bentuk tubuh ikan wader pari memanjang dan sedikit pipih. Klasifikasi ikan wader pari (Rasbora argyrotaenia) adalah sebagai berikut:

Morfologi Ikan Wader Pari

Ikan ini memiliki tubuh kecil dan ramping, dengan panjang maksimum mencapai sekitar 170 mm. Bagian atas tubuhnya berwarna cokelat kuning, sedangkan sisi dan bagian bawah, terutama perut, berwarna putih keperakan.

Wader Pari memiliki garis keemasan di bagian dalam yang sejajar dengan garis kehitaman di bagian luar pada masing-masing sisi tubuh, membentang dari belakang tutup insang hingga ke batang ekor.

Formula sirip punggung (dorsal) terdiri dari dua jari-jari keras (duri) yang diikuti oleh tujuh jari-jari lunak. Sirip dubur (anal), sirip dada (pectoral), dan sirip perut (ventral) juga terdapat, dengan jumlah sisik pada gurat sisi (linea lateralis) sebanyak 29-30 buah.

Batang ekor (peduncle) dikelilingi oleh 14 sisik, dan terdapat 1-10 sisik yang memisahkan gurat sisi dengan awal sirip perut.

Lunjar padi sering ditemukan dalam kelompok besar di danau, parit, atau sungai-sungai yang relatif tenang. Ikan ini juga sering berasosiasi dengan ikan-ikan lunjar (Rasbora) lainnya dan wader (Puntius) yang memiliki kebiasaan serupa.

Bersama dengan lunjar dan wader lainnya, lunjar padi merupakan ikan konsumsi yang sangat disukai karena rasanya yang lezat. Hidangan lunjar dan wader goreng menjadi menu istimewa di beberapa restoran ternama.

Ikan-ikan ini biasanya ditangkap dari populasi liar di perairan umum dan sebagian besar hanya dijual di pasar lokal. Terdapat berbagai jenis wader yang sering dipancing di sungai-sungai, seperti wader cakul, wader kepek, dan wader pari yang dapat ditemukan di sekitar Yogyakarta.
Ikan Wader Pari
Ikan Wader Pari

Menurut Diana (2007), Rasbora argyrotaenia memiliki morfologi dengan batang ekor yang dikelilingi oleh 14 sisik. Spesies ini menunjukkan variasi yang signifikan dalam bentuk tubuh dan warna, dengan panjang standar yang dapat mencapai 110 mm dan panjang total hingga 17 cm. Ikan jantan cenderung memiliki tubuh yang lebih ramping.

Ukuran rata-rata ikan ini berkisar antara 7 hingga 20 cm. Ikan ini memiliki batang ekor yang dilindungi oleh 14 spinna caudalis, dengan ukuran antara 1 hingga 1,5 cm, serta sisik yang terletak di antara media lateralis dan awal pinna ventralis.

FISIOLOGI IKAN WADER PARI

Berdasarkan penjelasan Diana (2007), fisiologi Rasbora argyrotaenia atau ikan wader pari ditandai dengan bentuk tubuh yang ramping. Hal ini disebabkan oleh habitatnya yang berada di perairan berarus, sehingga bentuk tubuh yang ramping memudahkan ikan ini untuk berenang.

Ikan wader pari memiliki warna emas dengan sedikit nuansa perak, yang berfungsi untuk membedakan dirinya dari ikan wader pari lainnya, serta sebagai adaptasi terhadap lingkungan. 

Ikan ini termasuk dalam kategori whitefish dan sangat rentan terhadap penurunan kualitas perairan, menjadikannya sebagai indikator kesehatan suatu perairan. Selain itu, berdasarkan bentuk giginya, ikan ini tergolong sebagai omnivora atau pemakan segala (Sulistiyarto, 2013).

CIRI-CIRI IKAN WADER PARI

Menurut Sulistiyo (2013), ikan wader pari memiliki garis warna gelap yang membentang dari operculum hingga pangkal sirip ekor, membatasi bagian dorsal dan ventral ikan. Selain itu, ikan wader pari betina memiliki tiga lubang kelamin, sedangkan ikan jantan hanya memiliki dua lubang kelamin.

PERAN IKAN WADER PARI DI PERAIRAN  

Menurut Ahmad dan Nofrizal (2011), ikan wader pari hidup di permukaan air dan mengonsumsi larva ikan lain, udang kecil, serangga, serta organisme kecil yang terdapat di pasir dan kerikil. Hal ini menjadikan ikan ini sebagai predator utama di perairan, dengan peran penting dalam mengendalikan populasi spesies lain.

REPRODUKSI IKAN WADER PARI  

Ikan wader pari melakukan pemijahan sepanjang tahun, di mana mereka menempelkan telurnya pada substrat (Diana, 2007).

HABITAT IKAN WADER PARI  

Menurut Ahmad dan Nofrizal (2011), habitat ikan ini umumnya terletak di permukaan sungai, tepi tebing sungai, dan di area aliran yang memiliki arus. Selain itu, ikan ini juga sering ditemukan di sawah dan bendungan.

TINGKAH LAKU IKAN WADER PARI  

Diana (2008) menjelaskan bahwa Rasbora argyrotaenia memiliki sifat reotaksis positif, yaitu bergerak melawan arus, dan termasuk dalam kategori ikan diurnal, yang berarti aktif hanya pada siang hari atau memiliki foto taksis positif.

MANFAAT IKAN WADER PARI  

Ikan wader pari, yang dikenal dengan nama umum silver rasbora (Rasbora argyrotaenia), merupakan ikan dari genus Rasbora yang secara alami tersebar di negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Thailand, Kamboja, Malaysia, dan Filipina (Aryani, 2015; Kusuma et al., 2017). 

Spesies ini telah menjadi salah satu komoditas budidaya air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi, baik sebagai ikan konsumsi (Herawati et al., 2018) maupun sebagai ikan hias (Al Adawiyah et al., 2019). 

Hingga saat ini, pemenuhan permintaan ikan wader pari masih sangat bergantung pada tangkapan alam, sementara budidaya ikan ini masih terbatas (Rosadi et al., 2014), sehingga perlu adanya peningkatan dalam budidayanya.
LihatTutupKomentar