Perikanan Tangkap Danau Limboto

Perikanan Tangkap Danau Limboto - Beberapa jenis alat tangkap yang digunakan di Danau Limboto adalah pancing (hand and line), pajala ( gillnet), buili/jaring lingkar (mini pulse seine), olate/sero (winget bamboo entice), bunggo, dudayaho (push internet), dan bibilo. 

Perikanan di danau lamboto tidak hanya budidaya tetapi didalam nya terdapat aktivitas penangkapan ikan oleh nelayan setempat. Danau Limboto terletak di Provinsi Gorontalo. Aktivitas Perikanan tangkap nelayan danau limboto menggunakan alat tangkap berbagai jenis. Dianataranya adalah

Perikanan Tangkap Danau Limboto

Danau Limboto
Danau Limboto

A.Pancing adalah alat penangkap ikan yang terdiri dari tali dan mata pancing. Pancing dijalankan atau dioperasikan dengan menggunakan umpan, baik itu umpan buatan maupun alami yang berguna untuk menarik perhatian ikan dan binatang air lainnya. Nelayan lambotoi menggunakan pancing dengan jenis hand line.

B.Pajala (gillnet) merupakan jaring berbentuk persegi panjang dengan ukuran mata jaring beraneka ragam sekitar 1,five-3,five inci. Meskipun dernikian, di lokasi tak jarang masih ditemukan jaring yang berukuran mata jaring di bawah 1,five inci. Ukuran ikan yang tertangkap relatifseragam. 

Penggunaan pajala dilakukan secara pasif Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan hanyut, umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Untuk menggiring gerom¬bolan ikan supaya tertangkap, nelayan biasanya menggunakan alat bantu yang terbuat dari kayu yang dipukul-pukulkan ke air. Hal tersebut dilakukan supaya ikan takut dan akan berlari ke arah pajala. Selanjutnya dilakukan pengangkatan jaring sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke perahu.

C.Jaring lingkar (mini handbag seine) digunakan dengan cara meling-karkan jaring pada gerombolan ikan. Jaring lingkar terdiri dari jaring yang dilengkapi cincin-cincin. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik handbag line di antara cincin-cincin yang ada sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk.

Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan dini. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu clilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau pencid.Uk. Jaring lingkar dapat dioperasikan siang atau malam hari. 

Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu peng­umpul ikan. Sementara alat bantu pengumpul yang sering digunakan pada malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks.

D.Olate (winget bamboo entice) adalah alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu. Perangkap yang umumnya dipasang di perairan pantai terbuat dari bambu yang menyerupai bilik-bilik bambu. 

Satu unit olate terdiri dari beberapa bagian, yakni penaju (chief net), serambi (entice/play ground), ijeb-ijeb (entrance), dan kantong (bag/crib). Ikan umumnya memiliki sifat beruaya menyusuri pantai. Pada scat melakukan ruaya ini kemudian dihadang oleh penaju, lalu ikan tersebut tergiring ke dalam kantong. Ikan yang telah masuk kantong umumnya akan sulit keluar lagi sehingga ikan tersebut akan mudah ditangkap.

E.Alat tangkap bonggo merupakan alat yang mudah dioperasikan dan ramah lingkungan. Alat tangkap ini berupa bambu dengan diameter ± 10 cm dan dioperasikan di dasar perairan. Beberapa jenis ikan yang biasa tertangkap dengan bunggo di antaranya payan a (Ophieleotris aporos), sogili (Anguilla sp.), manggabai ( Glossogobius giuris), dan gabus (Channa striata).

F.Penangkapan ikan dengan menggunakan dudayaho (push internet) adalah salah satu cara penangkapan yang mengancam kelestarian ikan di perairan Danau Limboto. Alat tangkap ini terbuat dad waring sedangkan di kantongnya terbuat darn jaring yang berukuran 1 inci. Panjang kantong sekitar 5m sedangkan lebar waring 2-3 m. Metode penangkapan dengan menggunakan Waring ini selain menangkap jenis-jenis ikan permukaan yang besar jugs akan menanglcap larva-larva ikan. Akibatnya ikan-ikan tidak mampu berkembang karena ikan-ikan yang tertangkap banyak yang berukuran kecil. Pengopera­sian alat tangkap tersebut biasanya dilakukan oleh 2 orang.

G.Penangkapan ikan dengan menggunakan bibilo adalah salah satu cara penangkapan dengan memanfaatkan pulau terapung berupa tumbuhan air yang terdiri dad eceng gondok (Eichhornia crassipes), kangkung (Ipomoea aquatica), dan rumput (Graminae). Ukuran bibilo bervariasi, yang paling kecil rata-rata berukuran 7 x 7 m dan yang paling besar 10 x 10 m. Biasanya proses pemanenan dilakukan setiap 3 bulan sekali. 

Dengan alat tangkap bibilo ikan akan berkumpul di dalam kemudian ditangkap dengan jaring insang. Kelemahan alat tangkap ini adalah dapat meningkatkan penguapan air, mempercepat laju pendangkalan danau, menjadikan eutrofkasi, dan menimbulkan senyawa-senyawa racun di dasar danau akibat komposisi bibilo yang coati. Namun, sebagian besar masyarakat menggunakan jenis alat tangkap tradisional seperti bibilo, olate, dan amelo yang diduga men­jadi salah satu penyebab terjadinya pendangkalan danau (Anonim, 1991).

Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan sangat beragam, antara lain bibilo, tiopo, amelo, olate, panting, jala, gifinet, sero (winget bamboo lure), sodo (push internet), dan bubu. Namun, sebagian besar masyarakat menggunakan jenis alat tangkap seperti bibilo, olate, dan amelo (sejenis jebakan hcrupa rumpon tumbuhan dan ranting pohon), yang diduga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya pendangkalan danau. 

Selain alat tangkap di atas yang sangat memengaruhi keberlanjutan sumber daya perikanan danau, beberapa masyarakat nelayan  juga masih ada yang menggunakan seser dengan arcs listrik (electroifishing). Keragaman jenis dan jumlah alat tangkap yang digunakan nelayan Danau Limboto d

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

           
         
close